7 Cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua

Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anak yang patuh kepadanya. Lantas bagaimana bila anak kita suka membantah perkataan orangtuanya? Nah, berikut ini 7 cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua.    1. Menjadikan diri sebagai teladan untuk ditiru anak  Anak-anak melihat contoh membantah dari lingkungan sekitarnya, seperti ibunya yang selalu membantah perkataan ayahnya ataupun sebaliknya. Jika terus-terusan disaksikan oleh anak, hal ini akan menjadikan anak terinspirasi untuk melakukan hal serupa.  Izal: "Ayah, kenapa sih Ayah merokok? Kata bu guru, merokok itu gak baik buat kesehatan."  Ayah: "Udahlah, gak perlu kamu nasihat ayah soal ini!"  2. Mendengarkan apa yang sedang dibicarakan menjadikan anak berlaku sama saat kita bicara  Terkadang anak-anak tidak memerhatikan karena mereka sendiri merasa selama ini tidak diperhatikan. Ditambah lagi, orangtua sering kali sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak menganggap penting hal yang sebenarnya memang penting bagi anak-anak. Meluangkan waktu untuk mendenganr ceritanya menjadi satu keharusan yang harus dilakukan.  Haura: "Bunda, dengar ceritaku. Tadi aku pulang duluan lho, soalnya aku ngerjain tugasnya cepet".  Bunda: "Waah, hebat betul anak Bunda. Pasti pelajarannya kamu paham betul makanya cepet selesai."  3. Memberi penjelasan akan selalu membuat keadaan lebih baik  Anak-anak akan lebih menaati suatu aturan jika orangtua mampu menjelaskan mengapa aturan itu penting untuk dilakukan, terlebih jika orangtua menggambarkan perasaannya ketika aturan itu dilanggar oleh sang anak.  Bunda: "Bunda khawatir kalau kamu main sepeda di jalan raya, kamu bisa keserempet mobil atau motor. Nanti Bunda bisa sedih kalau kamu jatuh dan luka-luka"  4. Sesekali merespon hal yang sudah anak lakukan dengan humor  Jangan langsung marah saat anak melakukan satu hal yang tidak semestinya. Terkadang menanggapi kelakuannya dengan humor dapat membuatnya mengerti untuk tidak mengulanginya, ini jauh lebih baik dibandingkan dengan melarang dan memarahinya.  Bunda: "Haura, kok kuenya kamu masukkan ke dalam aquarium? Yang suka kue kan Bunda, bukan ikan."  Haura: "Hehe.... Haura kira ikannya lapar, Bun"  5. Kenali perasaan anak dan ajarkan untuk jujur mengungkapkannya  Terkadang anak banyak menyodorkan kita dengan jawaban "tidak" hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, ingin protes atau marah pada sesuatu. Hal ini tentu akan membuat kita bingung untuk berbuat apa terhadapnya. Oleh karena itu, biasakan bertanya kepadanya, beri kesempatan untuk menceritakan tentang perasaan anak.  Bunda: "Haura marah, ya? Apa yang bikin Haura marah? Coba cerita sama Bunda."  Haura: "Nggak mau!"  6. Jadilah orangtua yang demokratis dan tidak otoriter  Seiring waktu berjalan, anak mengalami fase-fase peralihan menuju semakin dewasa. Pada usia ini, anak tidak suka sikap otoriter orangtuanya. Mereka menginginkan orangtua lebih demokratis dan memosisikan mereka sebagai sahabat yang perlu diskusi atau membuat kesepakatan-kesepakatan, bukan sekadar menuruti aturan.  Haura: "Bun, aku main masak-masakan dulu ya sama teman-teman."  Bunda: "Iya, sana main. Tapi inget kesepakatan yang udah kita buat, harus ingat waktu ya mainnya!"  7. Menahan emosi dan tunda komunikasi untuk menghindari perdebatan saat emosi sedang tinggi  Bantahan yang dilontarkan anak terkadang membuat jengkel dan emosi orangtua meninggi, akan tetapi jangan luapkan emosi kepadanya saat itu juga. Hindarilah perdebatan karena akan memperburuk jalinan komunikasi dengan anak. Lebih baik tunda dulu pembicaraan sampai emosi reda.    Akhirnya, itulah 7 cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua yang dapat kita terapkan dalam keseharian.

Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anak yang patuh kepadanya. Lantas bagaimana bila anak kita suka membantah perkataan orangtuanya? Nah, berikut ini 7 cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua.

1. Menjadikan diri sebagai teladan untuk ditiru anak
Anak-anak melihat contoh membantah dari lingkungan sekitarnya, seperti ibunya yang selalu membantah perkataan ayahnya ataupun sebaliknya. Jika terus-terusan disaksikan oleh anak, hal ini akan menjadikan anak terinspirasi untuk melakukan hal serupa.
Izal: "Ayah, kenapa sih Ayah merokok? Kata bu guru, merokok itu gak baik buat kesehatan."
Ayah: "Udahlah, gak perlu kamu nasihat ayah soal ini!"
2. Mendengarkan apa yang sedang dibicarakan menjadikan anak berlaku sama saat kita bicara
Terkadang anak-anak tidak memerhatikan karena mereka sendiri merasa selama ini tidak diperhatikan. Ditambah lagi, orangtua sering kali sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak menganggap penting hal yang sebenarnya memang penting bagi anak-anak. Meluangkan waktu untuk mendenganr ceritanya menjadi satu keharusan yang harus dilakukan.
Haura: "Bunda, dengar ceritaku. Tadi aku pulang duluan lho, soalnya aku ngerjain tugasnya cepet".
Bunda: "Waah, hebat betul anak Bunda. Pasti pelajarannya kamu paham betul makanya cepet selesai."
3. Memberi penjelasan akan selalu membuat keadaan lebih baik
Anak-anak akan lebih menaati suatu aturan jika orangtua mampu menjelaskan mengapa aturan itu penting untuk dilakukan, terlebih jika orangtua menggambarkan perasaannya ketika aturan itu dilanggar oleh sang anak.
Bunda: "Bunda khawatir kalau kamu main sepeda di jalan raya, kamu bisa keserempet mobil atau motor. Nanti Bunda bisa sedih kalau kamu jatuh dan luka-luka"
4. Sesekali merespon hal yang sudah anak lakukan dengan humor
Jangan langsung marah saat anak melakukan satu hal yang tidak semestinya. Terkadang menanggapi kelakuannya dengan humor dapat membuatnya mengerti untuk tidak mengulanginya, ini jauh lebih baik dibandingkan dengan melarang dan memarahinya.
Bunda: "Haura, kok kuenya kamu masukkan ke dalam aquarium? Yang suka kue kan Bunda, bukan ikan."
Haura: "Hehe.... Haura kira ikannya lapar, Bun"
5. Kenali perasaan anak dan ajarkan untuk jujur mengungkapkannya
Terkadang anak banyak menyodorkan kita dengan jawaban "tidak" hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, ingin protes atau marah pada sesuatu. Hal ini tentu akan membuat kita bingung untuk berbuat apa terhadapnya. Oleh karena itu, biasakan bertanya kepadanya, beri kesempatan untuk menceritakan tentang perasaan anak.
Bunda: "Haura marah, ya? Apa yang bikin Haura marah? Coba cerita sama Bunda."
Haura: "Nggak mau!"
6. Jadilah orangtua yang demokratis dan tidak otoriter
Seiring waktu berjalan, anak mengalami fase-fase peralihan menuju semakin dewasa. Pada usia ini, anak tidak suka sikap otoriter orangtuanya. Mereka menginginkan orangtua lebih demokratis dan memosisikan mereka sebagai sahabat yang perlu diskusi atau membuat kesepakatan-kesepakatan, bukan sekadar menuruti aturan.
Haura: "Bun, aku main masak-masakan dulu ya sama teman-teman."
Bunda: "Iya, sana main. Tapi inget kesepakatan yang udah kita buat, harus ingat waktu ya mainnya!"
7. Menahan emosi dan tunda komunikasi untuk menghindari perdebatan saat emosi sedang tinggi
Bantahan yang dilontarkan anak terkadang membuat jengkel dan emosi orangtua meninggi, akan tetapi jangan luapkan emosi kepadanya saat itu juga. Hindarilah perdebatan karena akan memperburuk jalinan komunikasi dengan anak. Lebih baik tunda dulu pembicaraan sampai emosi reda.

Akhirnya, itulah 7 cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua yang dapat kita terapkan dalam keseharian. Orangtua semua tahu kalau mendidik anak tidaklah mudah, selalu ada kesabaran yang harus kita sertakan. Ketika anak mulai membantah perkataan orangtua, jangan dibalas dengan emosi. Perbaiki komunikasi orangtua dengan anak, kenali perasaannya dan ajarkan dia untuk mengungkapkannya dengan benar.

0 Response to "7 Cara menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah perkataan orangtua"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel